Hasil Penelitian Penyebab Anak Tak Gemar Matematika
Matematika merupakan momok bagi sebagian besar anak. Masih banyak anak yang menganggap matematika adalah pelajaran yang sangat sulit dan tidak menyenangkan. Ini terbukti dari minat anak terhadap pelajaran matematika yang sangat rendah.
Lalu apa penyebabnya?
Ada tiga penyebab utama mengapa matematika masih dianggap sesuatu yang sulit. Hal tersebut diungkapkan oleh Guru Besar Matematika Universitas Gadjah Mada Prof. Dr. rer. nat. Widodo, M.S. dalam hasil surveinya terhadap 1000 lebih siswa, yang saya kutip dari viva.co.id."Pertama bukunya, kedua gurunya, ketiga siswanya. Kita lihat di hampir setiap toko buku pasti buku matematika itu banyak yang tidak punya konteks, langsung membahas limit itu apa, integral apa, jadi apa menariknya? Berbeda dengan Jepang yang memakai konteks. matematika yang sedikit konteks akan menjadi matematika yang abstrak". Kata Widodo saat acara talkshow 21st Century Math Skills: Change The Fokus From Calculation to Exploration di Senayan, Jakarta (4/10/16).
Dari sisi guru matematika di Indonesia, hanya 11,35 persen guru matematika di Indonesia yang mempunyai kompetensi dan keterampilan mumpuni dalam pelajaran ini. Kebanyakan tidak menguasai pelajaran ini sehingga ketika ada siswa kreatif bertanya, dia akan marah karena ketidaktahuannya itu.
Yang terakhir adalah siswa, dimana sejak dulu kala matematika itu sudah dicap sulit oleh nenek moyang kita. Maka jika sejak awal matematika sudah dikatakan sulit, diapun akan menjadi sulit.
"Anak perlu motivasi, caranya adalah pertama guru harus memberi kesempatan kepada murid bodoh
Himbauannya pemerintah dapat membuat buku matematika dengan konteks seperti yang dilakukan pada tahun 2013 untuk SMP dan SMP yang memilki semboyan tematik plus mapel. Artinya mengajarkan matematika dikontekskan dengan bidang fisika, keuangan, alat musik, dan sebagainya. Karena konteks itu penting dalam matematika.
Faktor lain di luar ketiga faktor tadi yang perlu ditambahkan adalah guru matematika kalau mengajarkan tidak pernah senyum. Hal tersebut juga merupakan salah satu penyebanya juga. Guru matematika tidak pernah senyum dan tidak pernah memberi cerita yang menarik.
Jika semua pihak saling menyadari dan memperbaiki kekurangannya masing-masing, maka tidak mustahil semua akan berjalan dengan baik. Matematika tidak lagi menjadi momok yang harus ditakuti, namun sebaliknya. Matematika menjadi pelajaran yang menarik dan selalu ditunggu-tunggu oleh siswa.